tlong vantu buat rumus senyawa biner ama namanya thx :D
Seni
Taka111
Pertanyaan
tlong vantu buat rumus senyawa biner ama namanya thx :D
1 Jawaban
-
1. Jawaban JordyNasution
Nama unsur logam disebutkan lebih dahulu, kemudian diikuti nama unsur bukan logam yang diakhiri dengan akhiran –ida.
Contoh :
NaCl = Natrium klorida MgBr2=Magnesium bromida
Na adalah unsur logam Mg adalah unsur logam
Cl adalah unsur non logam Br adalah unsur non logam
Senyawa ionik walaupun tersusun atas ion positif dan negatif, tetapi secara keseluruhan bersifat netral, sehingga muatan totalnya adalah nol. Ini berarti satu Na+ akan bergabung dengan satu Cl– dalam NaCl dan satu Mg2+ bergabung dengan dua Br–dalam MgBr2 demikian seterusnya. Berikut ini contoh pemberian nama dan simbol senyawa sederhana :
SENYAWA
NAMA SENYAWA
SENYAWA
NAMA SENYAWA
Li2OLitium oksidaCaOKalsium oksidaNaBrNatrium bromidaSrOStronsium oksidaKClKalium kloridaBaCl2Barium kloridaRb2ORubidium oksidaAl2O3Aluminium oksidaCsICesium iodidaZnOSeng oksidaMgClMagnesium kloridaAgClPerak klorida2. Jika senyawa biner terdiri atas unsur bukan logam dan bukan logam, aturan penamaan senyawanya sebagai berikut.
Nama unsur bukan logam yang kelelektronegatifannya lebih rendah disebutkan lebih dahulu, kemudian diikuti nama unsur bukan logam yang lain dan diakhiri dengan akhiran –ida. Senyawa yang terbentuk antara unsur bukan logam dan bukan logam merupakan senyawa yang berikatan kovalen. Jumlah atom yang dimiliki oleh senyawa biner disebutkan dengan cara memberi awalan bahasa Latin sebagai berikut :
1 = mono 6 = heksa
2 = di 7 = hepta
3 = tri 8 = okta
4 = tetra 9 = nona
5 = penta 10 = deka
Awalan bahasa Latin mono tidak diletakkan pada nama unsur non logam yang pertama melainkan pada unsur nonlogam kedua. Awalan bahasa latin dari nama logam pertama disebutkan mulai dari yang berjumlah 2, dst. Contoh :
N2O = dinitrogen monoksida
NO = nitrogen monoksida
N2O3 = dinitrogen trioksida
NO2 = nitrogen dioksida
N2O5 = dinitrogen pentaoksida
CCl4 = karbon tetraklorida
CO = karbon monoksida
CO2 = karbon dioksida
Unsur-unsur logam dengan bilangan oksidasi lebih dari satu jenis, maka bilangan oksidasinya ditulis dengan angka romawi
Sebelumnya harus dipahami pengertian dan cara menentukan bilangan oksidasi.Bilangan oksidasi menyatakan jumlah elektron yang terlibat pembentukan ikatan.
Jika melepaskan elektron, suatu atom memiIiki bilangan oksidasi positif. Sebaliknya, jika menangkap elektron, suatu atom memiliki bilangan oksidasi negatif. Pengertian bilangan oksidasi seperti itu berlaku untuk molekul ionik. Jika demikian, bagaimana bilangan oksidasi untuk molekul kovalen?
Molekul kovalen dibedakan atas molekul kovalen polar dan nonpolar. Untuk molekul kovalen polar, atom yang lebih elektronegatif dianggap bermuatan negatif dan molekul yang lain dianggap bermuatan positif. Adapun untuk molekul kovalen nonpolar, bilangan oksidasinya sama dengan nol.
Aturan bilangan oksidasi (biloks) adalah sebagai berikut :
Bilangan oksidasi unsur bebas (monoatomik, diatomik, atau poliatomik) sama dengan 0 (nol). Misalnya : bilangan oksidasi Na, Mg, Fe, O, Cl2, H2, P4 dan S8 = 0Bilangan oksidasi unsur H dalam senyawa = +1, kecuali pada senyawa hidrida = –1 (misalnya : NaH)Bilangan oksidasi unsur O dalam senywa = –2, kecuali pada senyawa peroksida = –1 (misalnya : Na2O2, H2O2, BaO2), dan pada senyawa oksifluorida (OF2) = +2Bilangan oksidasi unsur logam dalam senyawa selalu positif dan nilainya sama dengan valensi logam tersebut. ( Misalnya : Biloks logam gol.IA= +1, gol.IIA=+2,gol.IIIA=+3)Bilangan oksidasi unsur golongan VIIA dalam senyawa = –1Bilangan oksidasi unsur dalam bentuk ion tunggal sama dengan muatannya. (Misalnya Biloks Na pada Na+= +1, Cl pada Cl–=–1, Mg pada Mg2+=+2)Jumlah bilangan oksidasi unsur-unsur dalam suatu senyawa sama dengan 0 (nol), Misalnya :
Biloks S pada H2SO4 ditentukan dengan cara :
H2SO4 = 0
( 2 x biloks H) + S + (4 x biloks O) = 0
( 2 X 1) + S + (4 X (-2) ) = 0
2 + S – 8 = 0
S = 8 – 2
S = +6
Jumlah bilangan oksidasi unsur-unsur dalam suatu ion poliatom sama dengan muatannya.
Misalnya :
Biloks Cr pada Cr2O72-
Cr2O72- = –2
Cr2 + ( 7 x biloks O ) = –2
Cr2 + ( 7 x (-2) ) = –2
Cr2 – 14 = –2
Cr2 = 14 – 2
Cr = 12 / 2
Cr = +6
Contoh 1.
Senyawa CrO diberi nama dengan aturan sebagai berikut :
Mencari biloks Cr pada CrO, dengan cara :
CrO = 0
Cr + (1 x biloks O) = 0
Cr + ( 1 x (-2)) = 0
Cr + (-2) = 0
Cr – 2 = 0
Cr = 2
Maka biloks Cr pada CrO = 2
Biloks Cr ditulis dengan angka Romawi setelah nama logam dalam bahasa Indonesia, dilanjutkan nama nonlogam dan diakhiri dengan akhiran –ida. Sehingga nama senyawa CrO adalah Kromium (II) oksida
Contoh 2.
Senyawa FeF3 diberi nama dengan aturan sebagai berikut :
Mencari biloks Fe pada FeF3, dengan cara :
FeF3 = 0
Fe + (3 x biloks F) = 0
Fe + ( 3 x (-1)) = 0
Fe + (-3) = 0
Fe – 3 = 0
Fe = 3