B. Daerah

Pertanyaan

padepokan nya semar yaitu

1 Jawaban

  • Keistimewaan Semar


    Semar merupakan tokoh pewayangan ciptaan pujangga lokal. Meskipun statusnya hanya sebagai abdi, namun keluhurannya sejajar dengan Prabu Kresna dalam kisah Mahabharata. Jika dalam perang Baratayuda menurut versi aslinya, penasihat pihak Pandawa hanya Kresna seorang, maka dalam pewayangan, jumlahnya ditambah menjadi dua, dan yang satunya adalah Semar.


     

    Semar dalam karya sastra hanya ditampilkan sebagai pengasuh keturunan Resi Manumanasa, terutama para Pandawa yang merupakan tokoh utama kisah Mahabharata. Namun dalam pementasan wayang yang bertemakan Ramayana, para dalang juga biasa menampilkan Semar sebagai pengasuh keluarga Sri Rama ataupun Sugriwa. Seolah-olah Semar selalu muncul dalam setiap pementasan wayang, tidak peduli apapun judul yang sedang dikisahkan.


     

    Dalam pewayangan, Semar bertindak sebagai pengasuh golongan kesatria, sedangkan Togog sebagai pengasuh kaum raksasa. Dapat dipastikan anak asuh Semar selalu dapat mengalahkan anak asuh Togog. Hal ini sesungguhnya merupakan simbol belaka. Semar merupakan gambaran perpaduan rakyat kecil sekaligus dewa kahyangan. Jadi, apabila para pemerintah – yang disimbolkan sebagai kaum kesatria asuhan Semar – mendengarkan suara rakyat kecil yang bagaikan suara Tuhan, maka negara yang dipimpinnya pasti menjadi nagara yang unggul dan sentosa.


     


    Aktualisasi Spirit Semar



    Kaki Semar atau Eyang Semar, hidup abadi dalam kesadaran manusia Jawa yang elingakan kejawaannya.  Karena memang peran beliau sebagai pamomong manusia Jawa tidak pernah berhenti.  Seringkali beliau dengan segenap kebijaksanaannya, ngejawantahmelalui berbagai pribadi yang nyata dan bisa dijumpai dalam kehidupana modern.  Ada banyak ajaran beliau, tapi yang paling terkenal adalah ajaran untuk Aja Dumeh (Jangan mentang-mentang) dan Eling lan Waspada.


     


    Mengaktualisasi spirit Eyang Semar, perlu dimulai dengan kesadaran bahwa kita sebagaia manusia Jawa atau manusia Nusantara, adalah titisan para dewa.  Di balik raga secara biologis mirip dengan binatang, ada spirit keluhuran: kita adalah dewa yang mengejawantah  atau titisan dewa sebagaimana Kaki Semar yang merupakan leluhur kita.  Nusantara adalah negeri dewata, dengan berbagai tempat yang secara mudah bisa dirasakan sebagai wewengkon kadewatan.  Dewata adalah titah urip dengan ragawi halus yang terbentuk dari cahaya – maka manusia Nusantara sejatinya adalah makhluk spiritual atau titah urip berbadan cahaya yang terbungkus oleh raga yang terbentuk dari tanah.  Tepatlah konsepsi Jawa yang menyatakan kita sebagai putra dari Bapa Angkasa dan Ibu Pertiwi.  Bapa Angkasa mencerminkan entitas dari dunia atas, kahyangan, sementara Ibu Pertiwi mencerminkan entitas dari dunia bawah, bumi.


     


     


    Maka, kita anak-anak Nusantara perlu keluar dari jebakan konsep bahwa kita adalah bangsa  yang tak berdaya dan jahiliyah (bodoh) yang harus menghamba kepada pihak lain dalam berbagai bidang kehidupan, mulai dari ekonomi sampai agama.  Sebagai putra wayah dari Kaki Semar, sebagai titisan atau pengejawantahan dewata,  sewajarnya kita memelihara dengan teguh kemerdekaan kita, kemandirian kita, keberdayaan kita.  Kita perlu menyadari jatidiri kita dan atas dasar itu, bergegas membangun peri kehidupan, kebudayaan, dan peradaban di Nusantara ini yang didasarkan atas nilai-nilai keluhuran dan ajaran kadewatan.



    Lebih jauh, sebagai momongan ataupun putra wayah Kaki Semar, sewajarnya pula kita mengikuti gaya hidup beliau: merakyat!  Kesadaran akan keluhuran asal muasal kita tidaklah sepantasnya menjadi pendorong lahirnya sikap jumawa, adigang adigung, lalu membangun lapisan elit yang hidup di menara gading.  Sebaliknya, kita sepatutnya hidup bersama rakyat kebanyakan, menyadari dinamika, harapan dan kesulitan mereka secara nyata, dan berupaya untuk memberi sumbangsih sesuai dengan kebutuhan mereka dan kemampuan kita. 


     

    Guna mengakses daya Kaki Semar, ada banyak tempat yang bisa dikunjungi.  Beberapa di antaranya adalah petilasan Kaki Semar di Puncak Songolikur Kudus, juga di Gunung Tidar dan Gunung Srandil.  Tetapi sejatinya, terhubung dengan Sang Hyang Ismaja, mengikuti rumus:tan kena panggonan tan kena wangenan.

Pertanyaan Lainnya