Riwayat singkat perjuangan para pahlawan Nasional
PPKn
IrwanStya3205
Pertanyaan
Riwayat singkat perjuangan para pahlawan Nasional
1 Jawaban
-
1. Jawaban lia2058
Raden Mas Djokomono Tirto Adhi Soerjo (Blora, 1880-1918).
Ia adalah seorang tokoh pers dan kebangkitan nasional Indonesia. Ia dikenal juga sebagai perintis persuratkabaran dan kewartawanan nasional Indonesia. Namanya sering disingkat T.A.S. (Tirto Adhi Soerjo).
Gerakan kebangsaannya adalah melalui jurnalisme dan media. Pemikiran Tirto yg utama adalah kaum bumiputera harus meninggalkan faham feodalisme dan memeluk faham kemajuan atau modernitas. Selain itu juga keharusan kaum bumiputera untuk berserikat dan berorganisasi untuk memperjuangkan nasibnya. Idenya tentang pentingnya pers juga mengajak kaum terdidik agar sadar akan nasib kaum rakyat jelata, dan kesengsaraan rakyat harus dikhabar.
Dialah yang pertama mengawali pemakaian bahasa Indonesia untuk media di Indonesia. Ini diperkuat oleh Takashi Shiraishi lewat buku Zaman Bergerak yang menyebut Tirto Adhi Soerjo sebagai orang bumiputra pertama yang menggerakkan bangsa melalui bahasanya lewat Medan Prijaji.
Tirto menerbitkan surat kabar Soenda Berita (1903-1905), Medan Prijaji (1907) dan Putri Hindia (1908). Tirto juga mendirikan Sarikat Dagang Islam. Medan Prijaji dikenal sebagai surat kabar nasional pertama karena menggunakan bahasa Melayu (bahasa Indonesia), dan seluruh pekerja mulai dari pengasuhnya, percetakan, penerbitan dan wartawannya adalah pribumi Indonesia asli.
Tirto adalah orang pertama yang menggunakan surat kabar sebagai alat propaganda dan pembentuk pendapat umum. Dia juga berani menulis kecaman-kecaman pedas terhadap pemerintahan kolonial Belanda pada masa itu. Akhirnya Tirto ditangkap dan disingkirkan dari Pulau Jawa dan dibuang ke Pulau Bacan, dekat Halmahera (Provinsi Maluku Utara). Setelah selesai masa pembuangannya, Tirto kembali ke Batavia, dan meninggal dunia pada 17 Agustus 1918.
Kisah perjuangan dan kehidupan Tirto diangkat oleh Pramoedya Ananta Toer dalam Tetralogi Buru dan Sang Pemula.
Pada 1973, pemerintah mengukuhkannya sebagai Bapak Pers Nasional. Pada tanggal 3 November 2006, Tirto mendapat gelar sebagai Pahlawan Nasional melalui Keppres RI no 85/TK/2006.
Tirto juga memegang peranan pula dalam pembentukan Sarekat Dagang Islam di Surakarta bersama Haji Samanhudi, yang merupakan asal mula Sarikat Islam yang kemudian berkembang ke seluruh Indonesia. Anggaran Dasar Sarikat Islam yang pertama mendapat persetujuan Tirto Adhi Soerjo sebagai ketua Sarikat Islam di Bogor dan sebagai redaktur surat kabar Medan Prijaji di Bandung.