buatkan saya cerpen dengan tema persahabatan dan romansa remaja besok dikumpul nih
Pertanyaan
2 Jawaban
-
1. Jawaban RRahmat204
Cerpen Karangan: Nur S
Kategori: Cerpen Motivasi, Cerpen Persahabatan, Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 7 February 2018“Huh..!” Sonya mendengus kesal. Wajah ovalnya nampak muram. Aku yang duduk agak jauh darinya bangkit dan mendekatinya.
“Minum..!” tawarku sambil memberinya sekaleng minuman dingin.“Sebenarnya berapa lama sih proses moderasinya?” tanyanya sambil membuka penutup minuman dinginnya.
“Ya tergantung banyaknya yang ngirim cerpen dalam satu waktu. Biasanya semakin banyak yang mengirim cerpen maka proses moderasinya akan semakin lama. Itu yang aku tau..!” jawabku.
Sonya terdiam. Jari jemarinya memainkan kaleng minumannya.“Emang udah berapa hari sih kamu mengirimnya?” tanyaku sambil sekilas menatapnya.
“Seminggu ini..” jawabnya singkat.
“Sabar aja. Mungkin masih dalam proses moderasi..” hiburku.“Kamu udah baca kan drafnya. Gimana menurut kamu bisa lolos moderasi gak?” tanyanya sambil menatapku.
“Menurut aku sih udah bagus. Tapi entah kalo menurut penilaian orang lain..” jawabku sambil mengalihkan pandangan ke arah taman. Setiap tatapanku beradu pandang dengan tatapannya, dadaku bergemuruh. Oh, Tuhan! Semoga Sonya tidak menyadari perubahanku.
Hening. Kami seakan tenggelam dengan pikiran masing-masing..Sonya, adalah sosok gadis yang sulit kumengerti. Sikapnya bisa cepat berubah dari ramah ke marah. Begitu juga sebaliknya. Badannya yang mungil menyiratkan seperti masih anak-anak. Pembawaannya kadang tenang, namun bila sedang gusar, selalu gelisah. Sonya jarang tersenyum, namun memiliki tatapan yang menembus ke jantung. Menulis cerpen adalah hobinya. Sudah banyak cerpennya yang dia tulis di bukunya aku baca. Temanya beragam, namun masih berkisah seputar remaja.
Seminggu yang lalu Sonya mengirimkan cerpennya yang bergenre remaja ke sebuah web kumpulan cerpen. Sudah seminggu pula Sonya menunggu cerpennya muncul. Namun harapannya untuk melihat cerpennya lolos moderasi belum terkabul.
“Kamu percaya unsur keberuntungan?” tanya Sonya ketika kami duduk-duduk di bangku taman sekolah yang dinaungi sebuah pohon. Ini hari ke duabelas sejak cerpennya terkirim.
“Keberuntungan itu kan hal yang di luar garis. Bisa juga dibilang mukzijat kecil-kecilan..” kataku berasumsi.
“Hei, aku tanya kamu percaya gak?”
“Aku percaya, tapi keberuntungan cara terakhir kita berharap. Ada tahapan lain yang harus dilewati sebelum kita bersandar pada keberuntungan, yaitu kerja keras, usaha dan doa..”“Menurutmu, aku sudah saatnya belum bersandar pada keberuntungan?”
“Bisa sudah, bisa belum…” jawabku yang bisa menduga kemana arah pembicaraannya. Hm, pasti soal cerpennya yang gak kunjung ‘terbit’.
“Kok plin plan gitu sih?”
“Karena masih ada harapan, walau tidak menutup kemungkinan cerpen kamu belum layak untuk terbit!”“Ya, kamu. Bikin semangat aku anjlok..”
“Kita memang harus bisa bermain dengan seribu kemungkinan. Apa yang menurut kita bagus, belum tentu menurut penilaian orang lain..”“Terus?”
“Apanya yang terus?”
“Aku harus gimana?”
“Walau malam gelap diiringi hujan, badai dan petir namun yakinlah malam akan berganti dan hujan pun akan reda..”“Sebenarnya kamu tu mau ngomong apa sih?”
“Sederhana aja. Jangan pernah berhenti untuk menulis. Bikin dan bikin lagi. Asah terus potensi kamu. Dimuat atau tidak oleh media, bukan penentu keberhasilanmu. Karena keberhasilan yang sesungguhnya terletak pada kepuasanmu ketika merangkai kata-kata. Jiwamu ikut lebur dalam setiap kisahmu..”
Hening. Sonya terdiam. Sekilas kulihat ada setitik air di sudut matanya..“Andri..!” Sonya berlari ke arahku. “Kamu harus lihat ini..” katanya sambil mengacungkan sebuah majalah remaja.
“Emang ada apa di majalah ini?” tanyaku sambil menerima majalahnya. Sepintas itu adalah majalah kumpulan cerita pendek remaja.
“Buka halaman 49!” perintahnya.Aku segera mencari halaman 49. Ketemu! Sebuah judul cerpen dicetak dengan huruf tebal: Sahabat Terindah. Di bawahnya ada nama pengarangnya: Sonya Indriati!
“Selamat ya!” kataku pada Sonya.
“Iya, makasih. Itu cerita terindahku!” katanya berbinar.
Aku hanya tersenyum. Bahagia. Bila ceritamu adalah yang terindah bagimu, maka Kamulah Cerita Terindahku! -
2. Jawaban olivia791
Nurul, panggilan untuk seorang sahabat yang terpercaya buat Caca. Nurul yang kocak dan tomboy itu, sangat berbeda dengan karakter Caca yang feminim dan lugu. Mereka bertemu di salah satu asrama di sekolah mereka.
Saat dihari jadi Caca, Nurul pamit ke pasar malam untuk mengambil sesuatu yang sudah dipesan buat sahabatnya itu. Caca menyetujuinya, dia pun menunggu Nurul hingga tengah malam menjelang. Caca yang mulai khawatir terhadap Nurul menyusul kepasar malam, hingga dia melihat yang seharusnya dia tidak lihat . Apa yang dilihat Caca? Dan apa yang terjadi dengan Nurul?
“Aku luluuuuuus…” Teriak beberapa orang anak saat melihat papan pengumuman, termasuk juga Marsya Aqinah yang biasa disapa Caca.
“Ih…nggak nyangka aku lulus juga, SMA lanjut dimana yah?” Ujarnya kegirangan langsung memikirkan SMA mana yang pantas buat dia.
“Hai Ca, kamu lanjut dimana ntar?” Tanya seorang temannya
“Dimana ajalah yang penting bisa sekolah, hehehe” Jawab Caca asal-asalan
“Oooo…ya udah, aku pulang dulu yah”
“Yah, aku juga dah mau pulang”
Sesampainya dirumah Caca…
Caca memberi salam masuk rumahnya dan langsung menuju kamar mungilnya. Dalam perjalanan menuju kamarnya, dia melihat Ayah dan Ibunya berbicara dengan seorang Udstazt ntah tentang apa. Caca yang cuek berjalan terus kekamarnya. Tak lama kemudian Ibu Caca pun memanggil….
“Caca…Ayah ma Ibu mau bicara, cepat ganti baju nak”
“Iya bu, bentar lagi” Jawab Caca dari dalam kamarnya.
Akhirnya Caca pun keluar…
“Napa bu?” Tanya sambil duduk disamping Ibunya
“Kamu lulus?” Tanya Ibunya kembali
“Iya dong bu, nama Caca urutan kedua malah. Pasti Caca bebas tes kalo masuk di sekolah ternama deh” Jawab Caca percaya diri
“Alhamdulillah, ehm…” Ucapan Ibu terhenti sejenak
“Kenapa bu? Bukankah itu bagus?” Tanya Caca lagi sambil melihat Ibunya
“Gini nak, kamu dak mau masuk asrama?” Tanya Ibu Caca sangat hati-hati
“Loh ko’ ada asrama-asramaan sih bu?” Ujar Caca yang tanggapannya tentang asrama kurang bagus
“Di asrama itu bagus Ca, bisa mandiri dan yang lebih bagus lagi bisa tinggal bareng teman-teman, tadi udstdz tadi ngomong kalo pendidikan agamanya disekolah asrama juga bagus” Kata Ayah Caca menjelaskan dan berusaha mengambil hati anaknya itu
“Yaaaah ayah, terserah deh” Ucap Caca pasrah tidak ada niat untuk melawan ayahnya tersayang
2 bulan telah berlalu, setelah mengurus semuanya untuk memasuki asrama…
Caca pun memasuki sekolah asrama yang telah diurus oleh Ayahnya, Caca berjalan di serambi-serambi asrama bareng Ayah dan Ibunya menuju asrama yang telah ditunjukkan untuknya. Akhirnya sampai juga….
“Ayah, ini asrama Caca?” Tanya Caca dengan raut wajah yang tidak setuju
“Iya, kenapa?” Jawab Ayah Caca dan kembali bertanya
“Tidak kenapa-napa ko’, namanya juga belajar mandiri” Ucap Caca tidak menginginkan kata-katanya menyinggung Ayahnya.
“Jadi ayah tinggal nih?”Ujar Ayah Caca
“Iya ayah, Caca kan mau mandiri masa’ Caca nyuruh ayah nginap juga sih?” Kata Caca sedikit bercanda
“Ya Udah, Ayah tinggal dulu”
“Baik-baik ya anak Ibu, jangan nakal” Ujar Ibu berpesan
Akhirnya beliau pergi juga setelah cipika cipiki, sekarang tinggal Caca yang merasa asing terhadap penghuni kamar 2 itu. Ada 4 orang termasuk Caca, yang 2 orang lainnya pun merasa seperti yang dirasakan Caca, kecuali cewe’ ditempat tidur itu kaya’nya dia senior deh.
“Hai..Siswi baru juga yah?” Tanya Caca ke seorang yang agak tomboy tapi berambut panjang lurus
“Hai juga..Iyah aku baru disini, namaku Nurul Utami, bisa dipanggil Nurul dan itu kaka’ aku Salsabila udah setahun disini” Jawab orang itu menjelaskan tanpa diminta dan mengaku dirinya bernama Nurul, sambil menunjuk kearah seorang yang tidur-tiduran tadi.
“Aku Marsya Aqinah, bisa dipanggil Caca. Ooo pantas reaksinya biasa-biasa aja ama nih kamar, trus yang ntu sapa?” Tanya Caca lagi sambil menunjuk ke orang yang lagi asik membereskan baju-bajunya kelemari mungilnya
“Ntah lah, orang baru juga tuh” Jawab Nurul berjalan mendekati orang yang dimaksud Caca
“Hai aku Nurul, itu temanku Tata dan itu kaka’ku Salsa, kamu siapa?” Tanya Nurul dengan cerewetnya plus asal-asalan.
“Woi…aku Caca, bukan Tata” Teriakku protes sambil manyun-manyun
“Iya..iya.., itu Caca. Kamu belum jawab nama kamu sapa?” Tanya Nurul lagi
“Aku Miftahul Jannah, bisa dipanggil Mita” Jawab Mita dengan senyuman yang muanis sangat. Nurul pun membalas senyum itu dengan senyuman yang hangat pula dan sikap yang sangat bersahabat.
Sekarang Caca tau kenapa dia akan betah di kamar asrama ini, yah karena ada Nurul yang gokil banget. Suatu ketika Caca lagi nggak semangat, pasti ada Nurul dengan sikap konyolnya membuat Caca tertawa. Dan disaat Caca lagi mengalami kasmaran ada Nurul sebagai teman curhatnya. Seperti saat ini